KULIT KAKAO ( COKELAT ), LIMBAH YANG BERNILAI JUAL TINGGI

Posted: February 5, 2011 in Teknologi

Tanaman kakao yang mempunyai nama latin Theobroma Cacao L atau biasa kita sebut dengan cokelat merupakan tanaman yang banyak ditemukan tumbuh di daerah tropis. Tanaman kakao sendiri diperkirakan berasal dari daerah Amazon utara sampai Amerika tengah sejak 1000 tahun sebelum masehi. Kakao yang berasal dari Amerika berupa minuman yang dicampur dengan rempah-rempah, seperti kayu manis, vanila ataupun bubuk cabai. Pada abad ke 15 bangsa Eropa membawa kakao ke Eropa dan mulai dikembangkan menjadi coklat batangan di Eropa. Hal ini dimungkinkan dengan bantuan suhu Eropa yang dingin dan campuran lemak dan gula dalam coklat. Sejak saat itulah kakao mulai dikenal dan menyebar ke seluruh dunia terutama di negara yang mempunyai iklim tropis.

Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas sendiri. Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah  dan memiliki ruang serta di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning. Dari data yang diperoleh pada tahun 2005, Indonesia merupakan penghasil kakao terbesar ketiga setelah dua negara di benua Afrika yaitu Pantai Gading dan Ghana. Di Indonesia tanaman kakao sendiri tersebar sebagian besar di beberapa pulau seluruh wilayah Indonesia yaitu diantaranya di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Di Indonesia sendiri tanaman ini dapat tombuh pada ketinggian kurang dari 800 m dibawah permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 1100 – 3000 mm per tahun. Suhu ideal bagi tanaman kakao untuk tumbuh adalah 30–32 derajat Celcius (Maksimum) dan 18–21 derajat Celcius (Minimum). Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki bahan organik tanah yang tinggi masaman pH 6–7.5 tidak lebih tinggi dari 8 dan  tidak lebih rendah dari 6, kebutuhan air dan hara yang cukup serta membutuhkan naungan dalam pertumbuhannnya. Tanaman kakao juga rentan terhadap hama dan penyakit. Beberapa jenis hama dan  penyakit yang menyerang tanaman kakao antara lain adalah Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ), Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), ulat srengenge (Parasa lepida dan Ploneta diducta ), Kutu – kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), Helopeltis antonii, Cacao Mot ( Ngengat Buah ) Acrocercops cranerella (Famili : Lithocolletidae), Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora), Jamur Upas (Upasia salmonicolor). Oleh karena itu teknis budidaya dan penanganan yang tepat terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman kakao mutlak diperlukan untuk tanaman kakao agar tumbuh berkembang dengan baik. Buah kakao yang telah siap panen yaitu buah yang dipetik pada umur 5,5 – 6 bulan dari berbunga, warna kuning atau merah. Buah yang telah dipetik dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam karung.. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan pemecahan biji dan kulit dilakukan pada siang hari. Pemecahan buah dilakuakn dengan memukulkan buah kakao pada batu hingga pecah. Kemudian biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam wadah yang telah disediakan, sedangkan kulit dari kakao dimasukkan dalam karung.

Kasus penanganan limbah pertanian dan perkebunan sampai saat ini masih merupakan kendala dalam program penanganan limbah di tingkat petani. Masalah ini di antaranya adalah keterbatasan waktu, tenaga kerja, maupun keterbatasan areal pembuangan. Di samping itu limbah pertanian dan perkebunan belum banyak dimanfaatkan walaupun dalam beberapa kondisi memiliki potensi sebagai bahan pakan ternak maupun bahan baku pembuatan kompos, sehingga perlu dilakukan pengamatan dalam mendukung program pemanfaatan limbah potensial terutama limbah potensial yang dihasilkan oleh tanaman kakao yaitu limbah kulit kakao. Kita sendiri banyak mengenal tanaman kakao sebagai tanaman yang dapat menghasilkan cokelat. Tapi siapa sangka bahwa selain bijinya yang dapat diproses menjadi cokelat ternyata  kulit dari buah kakao yang selama ini menjadi limbah  dari industri cokelat juga mempunyai nilai jual yang tinggi. Kulit buah kakao (shel fod husk) adalah merupakan limbah agroindustri yang dihasilkan tanaman kakao. Berdasarkan penelitian, kulit kakao atau biasa kita sebut kulit cokelat mempunyai kandungan gizi yaitu 22% protein, 3–9% lemak, bahan kering (BK) 88%, protein kasar (PK) 8%, serat kasar (SK) 40,15, dan TDN 50,8%, metabolisme energi (K.kal) 2,1, pH 6,8. Dari penjelasan tentang kandungan gizi dapat disimpulkan bahwa kulit kakao ini memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan dapat diolah menjadi limbah yang bernilai jual tinggi.. Maka pada artikel ini kita dapat membahas tentang pendayagunaan limbah kulit kakao untuk menjadi pupuk serta pakan ternak alternative yang dapat meningkatkan produktivitas hewan ternak.

Pupuk merupakan hal yang penting dalam proses tumbuh dan berkembangnya tanaman. Dengan pemberian pupuk yang cukup pada tanaman maka tanaman tersebut akan tumbuh dan berkembang secara optimal dan tercukupi ketersediaan unsur hara dan bahan organik yang dibutuhkan di dalamnya. Kita tahu bahwa saat ini petani kita sering mengeluhkan dengan harga pupuk yang melambung. Belum lagi kelangkaan pupuk yang terjadi. Semua akibat para petani masih banyak mengandalkan pupuk yang tersedia yang terbuat dari bahan kimia untuk tanamannya. Oleh karena itu kita harus memikirkan untuk membuat pupuk yang murah, yang selalu tersedia bahan bakunya, efisien serta dapat menghasilkan tanaman yang bermutu tinggi. Sebagaimana kita ketahui bahwa pupuk terdiri dari bermacam jenis. Pupuk dari bahan kimia yang kita kenal misalnya urea, ZA, NSP, pupuk yang terbuat dari kotoran binatang atau yang disebut dengan pupuk kandang,sedangkan pupuk yang terbuat dari tanaman yang telah membusuk yaitu pupuk kompos dan sebagainya. Tetapi bagaimana dengan pupuk yang terbuat dari limbah kulit kakao? Masih asing di telinga kita, ada juga yang mungkin bertanya apa dan bagaimana pupuk itu dihasilkan oleh limbah kulit kakao serta bagaiamana efisiensi dan dampak bagi tanaman yang diberikan pupuk yang terbuat dari limbah kulit kakao.Oleh karena itu dibutuhkan penjelasan secara rinci tentang pembuatan pupuk dari limbah kulit kakao.

Pembuatan pupuk yang terbuat dari kulit kakao sendiri tidak jauh berbeda dengan pembuatan pupuk kompos lain. Kulit kakao yang ada, dikumpulkan dalam satu lubang tanah, lalu dicampur dedaunan, batang pisang dan jerami yang kemudian ditimbun selama kurang lebih 60 hari. Agar hasilnya maksimal, timbunan tersebut tidak boleh dibuka selama proses berlangsung, selain itu bisa ditambahkan mikro organisme pengurai atau cacing tanah agar bisa mempercepat penggemburan. Setelah itu, lubang bisa digali dan kulit kakao akan berubah menjadi gembur. Lalu, pupuk kompos yang sudah jadi, diangkat dari lubang. Selanjutnya pupuk kompos yang kasar disaring supaya menghasilkan pupuk kompos yang halus, maka pupuk siap digunakan. Secara ekonomi pupuk dari bahan dasar kulit kakao bisa menghemat biaya hingga 50 persen, sehingga petani tidak susah lagi dengan kelangkaan pupuk yang sering terjadi belakangan ini. karena unsur hara yang ada di dalam pupuk yang terbuat dari kakao telah mencukupi. Agar unsur hara pupuk kompos dari kulit kakao mencukupi bisa ditambahkan dengan pupuk ZA dan NSP. Selain menghemat biaya, pupuk dari kulit kakao tersebut sangat ramah lingkungan karena tidak mengandung zat asam berlebih, sehingga tidak membuat struktur tanah menjadi keras.

Tanaman yang diberikan pupuk dari limbah kulit kakao sangat baik pertumbuhannya. Biasanya para petani menggunakannya untuk memupuk tanaman kakaonya kembali atau digunakan untuk memupuk tanaman lainnya. Dengan pemberian pupuk yang terbuat dari limbah kulit kakao itu dapat meningkatkan produktivitas tanaman kakao dan tanaman tanaman-tanaman lainnya.Dengan demikian petani tidak perlu lagi terlalu tergantung dengan pupuk yang terbuat dari bahan kimia yang dijual dipasaran.

Selain dapat digunakan sebagai pupuk ternyata dari kandungan yang terdapat dari limbah kulit kakao sendiri dapat juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak alternative. Selama ini para peternak sapi, kambing atau unggas sering mengandalkan pakan yang berasal dari rerumputan atau sayuran untuk pakan ternaknya sehari-hari. Dengan pakan yang standar tersebut produktivitas dari hewan ternak tidak dapat maksimal Dan lagi kendala yang sering dialami oleh para petani sendiri adalah terbatasnya pakan tersebut. Perluasan areal untuk penanaman rumput sebagai pakan ternak sangat sulit, karena alih fungsi lahan yang sangat tinggi. Dan  pada musim kemarau tanaman rumput terganggu pertumbuhannya, sehingga pakan rumput yang tersedia kurang baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Bahkan di daerah-daerah tertentu rumput pakan ternak akan kering dan mati sehingga menimbulkan krisis pakan rumput. Mengingat sempitnya lahan penggembalaan dan kendala ketersediaan tanaman pakan pada musim kemarau, maka usaha pemanfaatan sisa hasil (limbah) pertanian untuk pakan perlu dipadukan dengan bahan lain yang sampai saat ini belum biasa digunakan sebagai pakan yang dapat meningkatkan produktivitas hewan ternak tersebut. Kulit buah kakao, memiliki peran yang cukup penting dan berpotensi dalam penyediaan pakan ternak. Pemanfaatan kulit buah kakao sebagai pakan ternak dapat diberikan dalam bentuk segar maupun dalam bentuk tepung setelah diolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit buah kakao segar yang dikeringkan dengan sinar matahari kemudian digiling dan dihaluskan selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak. Proses pengolahan limbah kulit kakao menjadi pakan ternak alternative  dapat menggunakan dua cara yaitu proses pengolahan limbah kulit kakao tanpa melalui fermentasi dan proses pengolahan dengan melalui fermentasi.

Proses pertama yaitu pengolahan limbah kulit kakao tanpa melalui fermentasi. Proses ini dimulai dari pengumpulan limbah kulit kakao yang didapat dari industri cokelat. Kemudian limbah yang telah terkumpul tadi dikeringkan dengan bantuan sinar matahari. Kemudian setelah limbah kulit kakao tersebut kering langkah selanjutnya yaitu menumbuknya hingga limbah tersebut halus. Setelah halus kemudian bahan tersebut diayak dengan menggunakan ayakan. Setelah halus bahan tadi kemudian dicampurkan kedalam dedak atau bekatul, jagung dan lain- lain. Kemudian bahan yang telah dicampur tadi telah siap untuk menjadi pakan ternak.

Proses kedua yaitu pengan melalui proses pengolahan fermentasi, Dalam pengolahan fermentasinya,limbah kulit kakao memerlukan Aspergillus Niger yaitu fermentor yang berperan dalam proses fermentasi. Secara umum proses pembuatan pakan ternak alternative dengan fermentasi ini yaitu pertama-tama limbah kulit kakao yang didapatkan dari industri cokelat dikumpulkan, kemudian limbah tersebut dicincang kemudi limbah yang telah tercincang tadi dibasahi oleh larutan Aspergillus Niger yang kemudian ditutup dengan karung goni atau plastik. Sebelum digunakan Aspergillus niger sebaiknya di larutkan dengan air steril tanpa kaporit. Seperti mata air atau air sumur yang bersih, bisa menggunakan air hujan atau sungai tetapi harus dimasak lebih dahulu, kemudian didinginkan. Setelah itu limbah yang telah terfermentasi kemudian dikeringkan selama kurang lebih 2-3 hari hingga bahan kering. Kemudian limbah yang telah kering digiling  dengan menggunakan mesin penggiling hingga bahan halus dan menjadi tepung limbah.tepung tersebut yang telah siap sebagai pakan ternak. Manfaat pengolahan limbah kulit kakao dengan fermentasi menggunakan  Aspergillus Niger yang mengubah limbah kulit kakao tadi menjadi tepung lebih baik daripada tanpa menggunakan proses fermentasi. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai nutrisi limbah dengan kandungan protein , turunnya kandungan serat kasar dan turunnya kandungan tanin (zat penghambat pencernaan) dengan menggunakan fermentor tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Aspergillus Niger mampu meningkatkan nilai gizi limbah kakao sebagai bahan pakan ternak. sehingga sangat layak menjadi pakan alternative untuk hewan ternak.

Pada awal pemberian pakan yang menggunakan pakan yang terbuat dari limbah kulit kakao biasanya ternak tidak langsung mau memakannya. Ini dikarenakan ternak yang belum terbiasa dengan pakan yang terbuat dari limbah kulit ternak ini. Hal ini biasa terjadi oleh karenanya pada awal pemberian pakan ternak ini diberikan pada saat ternak lapar dan bila perlu ditambah dengan sedikit garam atau gula untuk merangsang nafsu makan hewan ternak. Tepung dari limbah hasil proses menggunakan fermentasi dapat diberikan secara langsung atau dicampur dengan bahan makanan lain seperti dedak, jagung dan sebagainya dan apabila menginginkan untuk disimpan maka harus disimpan pada wadah yang bersih dan kering untuk menjaga agar tepung tetap dalam kondisi yang baik untuk pakan. Hewan ternak ( sapi dan kambing ) yang diberikan pakan dari limbah kulit kakao ternyata dapat mempercepat pertumbuhan hewan tersebut dan meningkatkan produktivitas susu. Selain itu juga berat badan hewan ternak yang diberikan pakan dari olahan limbah kulit kakao tersebut ternyata dapat lebih meningkat daripada hewan ternak yang hanya diberikan pakan yang standar seperti rerumputan, dedaunan, atau sayuran ini dibuktikan pada ternak kambing setelah diberikan pakan yang terbuat dari olahan limbah kulit kakao menunjukkan bahwa ternak nampak sehat, warna bulu mengkilat dan pertambahan berat badan ternak dapat mencapai antara 50–150 gram per ekor per hari. Sementara pada peternak unggas seperti ayam buras petelur pemberian limbah kakao sebagai pengganti dedak hingga 36 % dari total pakan yang standar dapat meningkatkan produksi telur dan juga pertumbuhan serta berat dari unggas tersebut.

Di Indonesia pemanfataan limbah kulit kakao oleh peternak dan pembuat pupuk sangat tergantung dari ketersediaan limbah di lapangan. Proporsi pemanfaatan kulit kakao sebagai pakan ternak dan pupuk sangat ditentukan tingkat produksi kakao yang dipanen petani. Ditinjau dari daya dukung kulit kakao dalam mendukung potensi pakan ternak sangat ditentukan oleh besar kecilnya produksi kakao yang dihasilkan per satuan luas sepanjang tahun. Tingkat produksi kakao sepanjang tahun cukup berfluktuasi, dimana 2–3 bulan terjadi puncak produksi yakni panen raya dan bulan-bulan lainnya merupakan produksi yang rendah dan hal tersebut sangat tergantung dari kondisi spesifik wilayah.

 

Sumber :

Anonymous. 2010. Limbah Kakao Disulap Jadi Pupuk Organik. http:// http://www.mediaindonesia.com.

Anonymous. 2010. Limbah Kakao, Pakan Ternak Bergizi Tinggi. http://www.pakkatnews.com.

Anonymous. 2010. Pupuk Limbah Kakao Ramah Lingkungan. http://www.matanews.com.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka : Jakarta.

Priyanto, D., A. Priyanti dan I. Inonu. 2004. Potensi dan Peluang Pola Integrasi Ternak Kambing dan Perkebunan Kakao Rakyat : Pemda Lampung.

 

Leave a comment